Sebenarnya saya bukanlah
orang yang suka berorganisasi. Dulu waktu sekolah di SMP, SMA sampai kuliah,
sama sekali tidak tergerak ikut yang namanya organisasi. Ada beberapa
organisasi yang memasukkan nama saya sebagai bagian dari pengurus, namun tidak
jalan karena memang dari sayanya yang tidak
mau. Bagi saya waktu itu, berorganisasi artinya siap repot dan keluar
ongkos sedang saya adalah sulung dari 5 bersaudara yang notabene ongkos diberi
pas-pasan oleh orangtua.
Selain itu, dari pengamatan saya dulu, organisasi hanya memberi dampak buruk.
Banyak sekali aktivis yang kuliahnya terbengkalai, bahkan sampai tidak lulus
kuliah karena berorganisasi. Bagi saya, kuliah adalah nomor satu yang lainnya
nomor kesekian. Jika kuliah terbengkalai tentu orangtua akan merasa sedih.
Untuk itulah saya tak pernah tergerak untuk ikut organisasi manapun.
Sampai ketika bekerjapun, saya merasa fine saja
dengan cara soliter (sendiri). Tahun 2016 saya ikut IGI (Ikatan Guru Indonesia).
Awalnya karena diajak teman. Awal sekali di tahun 2016 itu
belajar banyak tentang telegram, namun saat itu saya tidak begitu tertarik.
Ketertarikan muncul tahun 2019 saat searching di Internet tentang
pelatihan yang ada sertifikatnya untuk kenaikan pangkat. Sejak itu jadi
rajin mengikuti diklat gratis yang diadakan IGI namun cara soliter tetap tidak
berubah. Rajin ikut diklat sendiri, mempelajari banyak hal baru yang
berhubungan dengan pendidikan juga sendiri, diterapkan juga di kelas sendiri untuk menjadi pengajar yang lebih baik juga hanya untuk diri
sendiri.
Di tahun 2019 saya
memberanikan diri ikut Training of Trainer (TOT) untuk beberapa jenis diklat
dan workshop. Awalnya merasa “Wow, keren juga ya kalau jadi narasumber!” Banyak
pelatihan IGI yang diselenggarakan tingkat pusat maupun daerah yang menyediakan
sertifikat jika peserta dinyatakan lulus. Maka gabunglah saya di mentor IGI
pusat.
Setelah gabung di pusat,
saya jadi berpikir tentang daerah, mengapa tidak gabung juga di tingkat daerah.
Sharing ilmu telah membuka mata saya. Setelah direnungkan pendidikan
tidak bisa hanya dimajukan sendirian saja. Pendidikan di abad 21 sangat
menekankan 4C : Communication, Collaboration, Critical thinking, dan
Creativity. Fix, sangat perlu berkolaborasi dan sharing
dengan banyak guru di luar sana yang perlu diajak juga untuk menjadi pengajar
yang lebih baik. Hal ini sangat sejalan dengan motto IGI, Sharing and
growing together yang membuat saya mau diajak gabung sebagai pengurus
organisasi, sesuatu yang tidak pernah saya dalami sebelumnya.
Beberapa pelatihan
akhirnya mengkoneksi saya dengan beberapa alumni sehingga sampailah saya
disini, pengurus IGI kota Palembang. Belajar manajemen dan berorganisasi adalah
hal yang baru bagi saya. Di usia 40 saya baru tergerak untuk belajar
berorganisasi dan berlatih menjadi pemimpin. Ternyata banyak hal menarik
yang saya dapatkan dengan berorganisasi. Mudah-mudahan disini saya bisa bersosialisasi,
bersilaturahmi dan juga saling berbagi ilmu.
Kabid Pelatihan IGI Palembang
0 komentar:
Posting Komentar